Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘Motivasi’ Category

 

 

Setiap kami akan melaksanakan outbound di suatu tempat, pertanyaan khas yang muncul dari tim selalu diawali dengan dimana tempatnya. Pertanyaan berikutnya biasanya seputar siapa pesertanya, target learningnya apa atau apakah tujuan outboundnya sekedar refreshment saja. Mengetahui dimana lokasi outbound yang akan kami pakai sangatlah penting sebagai landasan perencanaan, berdasarkan lokasi ini kami menentukan permainan apa yang mungkin untuk dilaksanakan, tentu akhirnya berdampak pada perlengkapan apa saja yang perlu kami persiapkan. Lokasi tujuan juga menentukan seberapa besar effort yang harus kami lakukan sehingga sejak awal kami telah bisa mengantisipasinya.

 

Beberapa lokasi outbound terkategorikan sebagai zona hijau, dimana lokasi ini mudah dijangkau, telah tersedia penginapan bahkan seringkali instalasi outbondnya pun sudah tinggal pakai saja. Masuk dalam kategori zona hijau ini diantaranya Hotel, resort, villa atau cottage yang terkelola dengan baik. Setingkat lebih menantang dari zona hijau kami menyebutnya zona kuning, lokasinya biasanya area outbound yang tidak menyediakan penginapan dan minim fasilitas serta jaraknya agak jauh dari basecamp atau fasilitas umum lainnya.

 

Untuk zona kuning ini kita perlu lebih cermat mengantisipasi segala persiapannya karena sedikit meleset saja akan menimbulkan kerepotan tersendiri. Tak jarang kami kehabisan energi dan terkuras emosi hanya gara-gara ketinggalan perlengkapan sepele namun sangat diperlukan seperti tali raffia misalkan, bisa anda bayangkan jika kita sudah berada ditengah kawasan yang jauh dari pemukiman apalagi pertokoan dan lupa tak bawa tali raffia? Rasanya saya bahkan rela menukarkan uang ratusan ribu hanya untuk segulung raffia.

 

Tak perlu saya cerita banyak bagaimana persiapannya jika kami harus masuk Zona Merah? Siapapun yang menjadi Project Directornya akan tiba-tiba menjadi lebih sangar dari seorang tentara ketika checking terakhir sebelum berangkat. Berulang kali penanggung jawab perlengkapan akan memastikan langsung apakah perlengkapan yang tertera di check-list sudah benar-benar terbawa. Bahkan kami para trainer tidak lupa terkena dampak dari ketatnya perencanaan ini. Biasanya kami boleh agak longgar untuk mempersiapkan materi hingga tiba di lokasi, akan tetapi jika lokasinya di zona merah maka jauh-jauh hari kami harus rela untuk bolak-balik dikonfirmasi tentang persiapan dan perlengkapan apa yang kami perlukan. Tentu masing-masing kami saling menyadari bahwa sedikit kesalahan saja berarti siap-siap dengan dampaknya yang besar, bahkan hingga perubahan format acara yang sangat dramatis.

 

 

Selain menyangkut antisipasi persiapannya, selama ini saya mengamati bahwa lokasi pilihan outbound juga sangat menentukan adrenalin kami selama menanti pemberangkatannya. Semangat dalam menunggu dan mempersiapkan outboundnya sangat berbeda. Jika lokasi outbound masih di sekitar Malang atau Batu apalagi di lokasi-lokasi yang sangat familiar, seringkali kami cenderung “meremehkan” persiapannya. Bahkan berangkat pagi-pagi meski outbound dimulai pukul delapan pagi pun tak terlalu menjadi persoalan bagi kami. Cukup kita kirimkan tim aju untuk suvei sekilas kemudian mereka turun lagi untuk pulang atau bermalam di kantor.

 

Sangat berbeda jika lokasinya di zona kuning atau merah, maka seolah haram hukumnya untuk kita berangkat pada hari-H meski acaranya baru dimulai siang harinya. Bahkan tidak jarang kami sudah berada di lokasi H minus 2 jika dirasa lokasi tujuan benar-benar baru dalam daftar

katalog lokasi outbound kami terutama jika waktu untuk survey, gladi bersih dan final preparation itu berada dalam saat yang sama atau berdekatan. Kami pernah berada di Barombong – Makassar selama hampir 5 hari padahal durasi training kami hanya 2 hari, selisih hari selebihnya kami gunakan untuk survey dan preparation. Entah mengapa semakin lokasi outbound itu menantang semakin bersemangat kami mempersiapkannya dan semakin detil kami mengantisipasinya, setiap saat kami hampir bisa dibilang semakin terobsesi dengan lokasi tujun itu.

 

 

Sahabat, anda percaya atau tidak sesungguhnya demikian pula impian atau tujuan akhir hidup yang kita tuju mempengaruhi adrenalin semangat hidup serta menentukan akan disibukkan oleh apa hidup kita. Semakin “menantang” impian kita maka semakin tinggi kadar adrenalin mengaliri darah perjuangan hidup ini dan tentu sehari-hari kita hanya akan disibukkan oleh aktifitas mengejar mimpi itu.

 

Sebaliknya bila mimpi kita biasa-biasa saja atau bahkan tak memiliki mimpi sama sekali, alih-alih bersemangat justru kita akan cenderung meremehkannya bahkan lebih parah lagi justru meremehkan diri sendiri, jadi sungguh ada hubungannya antara Self-esteem dengan Self-expectation.

 

Kita juga akan terjebak pada aktifitas yang sama sekali tak berhubungan dengan tahapan persiapan meraih mimpi itu atau setidaknya mudah tergoda untuk beralih aktifitas kepada yang lebih dapat memberikan kepuasan sesaat. Karena jika kita sedang tak melakukan sesuatu yang benar-benar menantang maka kita akan mencari aktifitas yang seolah menantang seperti permainan olah raga atau games.

 

Tentu anda menyadari itulah kenapa olah raga permainan seperti futsal lebih digemari daripada olah raga ketangkasan dan kekuatan seperti tolak peluru atau lari atletik. Akhirnya saya dapat benar-benar mengerti maksud dari kata-kata Pencetus aliran NLP terbarui yang disebut NAC (neuro-associative conditioning) sekaligus Motivator terkenal di Dunia, Anthony Robbin. “People are not lazy. They simply have impotent goals / that is, goals that do not inspire them.” Dalam bahasa saya, Anda bukannya malas, persoalannya hanyalah impian Anda yang tak mengilhami Anda untuk bergerak.

 

 

Tak perlulah saya mengulang betapa pentingnya impian itu, metafora terakhir yang ingin saya bagi jika Anda mengijinkan adalah tentang Gelang Karet, ya gelang karet yang sederhana dengan sarat makna. Coba Anda bayangkan gelang karet tergantung di jepitan antara jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri Anda, kemudian bayangkan jari telunjuk kanan Anda menarik sisi bawah gelang karet tersebut ke bawah. Anda dapat merasakan bahwa gelang karet itu semakin menegang, karena memang demikianlah faktanya. Semakin anda rentangkan lebih jauh maka semakin tinggi tegangan pada gelang karet tersebut.

 

Nah sahabat, jari telunjuk kanan Anda yang berada di bawah itu ibarat current state Anda saat ini dan jepitan kedua jari yang diatas adalah ibarat desire state Anda di masa yang akan datang. Sementara tegangan yang terjadi pada karet ibarat semangat atau motivasi yang timbul. Semakin tinggi Anda menarik titik impian Anda ke atas maka semakin tinggi tegangan atau motivasi yang timbul dan sebaliknya semakin rendah impian Anda maka semakin hilang motivasi Anda. Pun demikian impian seyogyanya dalam batas realistis kita agar tegangannya tetap dalam batas yang akan dapat menghindarkan putusnya gelang karet itu. Itulah mengapa di NLP kami diajarkan untuk menggunakan teknik SMART dalam menyempurnakan impian kami. Bolehlah kita bahas lain waktu untuk topik yang satu ini.

 

 

Beginilah biasanya saya menjawab pertanyaan remaja, pelajar dan mahasiswa, juga karyawan, guru dan para manajer mengenai bagaimana agar kita focus belajar, mengurangi kecanduan pada games dan permainan atau hilangnya gairah kerja dan disiplin pada SOP. Sungguh tak ada pelajar atau pekerja yang Malas, mereka sekedar tidak terhubung dengan impiannya di masa depan….

Dan bila kita sedikit lebih cermat sesungguhnya Islam telah mengajarkan akan kekuatan impian ini sejak dahulu.

Oleh Feri Dwi Sampurno  di PNBB – Proyek Nulis Buku Bareng

 

Ingat kisah ketika pada perang khandaq Rasulullah tercinta membelah batu? Saat para sahabat lainnya tak mampu membelah batu besar yang menghalangi pembuatan parit? Diriwayatkan pada saat batu besar itu berhasil dibelah oleh Rasulullah maka muncullah lambaian api seraya beliau bersabda bahwa telah melihat kunci-kunci kerajaan Parsi dan Romawi. Saat itu adalah hal yang sangat menantang bahkan hampir mendekati mustahil bagaimana bangsa kecil yang baru bangkit bermimpi untuk menaklukkan Bangsa Besar yang telah lama mengelola separuh dunia? Dan kekuatan impian yang Rasulullah suntikkan kepada kaum muslimin lantas menjadi banjir adrenalin kepada para sahabat hingga tabiin dan tokoh-tokoh Ummat Islam berikutnya.

 

Bahkan kekuatan impian itu mengalir hingga 8 abad lamanya ketika kemudian Konstantinopel dapat ditaklukkan pada 1453 Masehi. Impian bahkan dapat membuat kita mengabaikan bagaimana realita kita saat ini, karena memang menurut seorang penulis Buku International Best Seller, Paul Arden pada salah satu judul bukunya yang sangat saya suka “its not about how good you are, its about how good you want tobe”. Saya selalu meyakini kalimat ini sebagai kekuatan bagi saya untuk mengabaikan fakta dan realitas saya saat ini, karena tak peduli seberapa buruk dan terpuruknya diri kita saat ini, tidaklah terlalu penting. Yang terpenting adalah seberapa hebat diri kita dimasa yang akan datang. Sahabat, saatnya meneguhkan dan menyempurnakan impian. Anda siap? Ayo berangkat…….

Read Full Post »

Oleh:  Hafid Algristian

Sore itu tak bisa dibilang gerimis. Hujan setengah deras, cukup besar curahnya untuk membuat jaket dan celana saya basah. Saya yang mengkhawatirkan helm dan nasi bungkus segera lari ke arah motor. Sambil basah-basahan saya mencari, helm dan nasi bungkus saya tak ada!

 

Orang-orang juga begitu. Semua helm ngga ada. Barang-barang yang ada di cantolan motornya pun tidak ada. “Di sini, di sini!” Ada yang berteriak ke arah kami.

 

Oh, ternyata semua barang kami sudah diamankan. Alhamdulillah, saya tak perlu khawatir pulang seperti dua hari lalu, saat kepala saya gobyos karena helm kehujanan. Praktis saya flu, dan sekarang belum benar-benar fit.

 

“Thank you, Bro,”  seraya menepuk pundak anak itu, sekitaran usia SMP, yang memakai rompi parkir kotamadya. Dia mengangguk. Hujan mereda, namun dia masih menutupi badannya dengan plastik. Niatnya jadi jas hujan kali, ya.

 

Saya lihat dari kejauhan, dan agak terganggu dengan gerak-gerik anak tadi. Tiap kali orang mau pergi dari parkiran, selalu diteriaki, “Nasi, Nasi?” Dan setiap orang menggeleng. Dia jualan nasi? Di tengah hujan begini? Dengan jas hujan yang lebih tampak seperti tas kresek dibelah dua, dia berlarian mengejar orang-orang yang akan memacu motornya. Pekerjaan sambilan kali, ya? Sampai maksa jual nasi di tengah gerimis.

 

Dua jam berlalu, sepertinya Surabaya tengah saat ini harus hujan nanggung seperti dua hari lalu. Gerimis enggak, deras juga enggak. Nah, ini yang bikin motor jadi kecoklatan oleh genangan air.

 

Saya mencari-cari di mana tadi memarkir motor, lalu sebuah suara yang saya kenal memanggil saya, “Di sini, Dok?,”

 

“Oiya, sip sip. Eh, helmnya mana, ya?”

 

“Oh, ini. Silakan.”

 

“Yoi. Makasii, ya.”

 

Saya heran. Motor saya kok tidak basah, ya? Padahal tadi sempat gerimis. Begitu pula motor lain di sekitar saya. Si anak parkir tadi memiringkan motor sebelah, sehingga saya bisa keluar. Saat itulah saya melihat ada sebuah kain lusuh tergantung di saku belakangnya. Oh, saya menemukan jawaban mengapa motor saya tidak basah.

 

“Suwun lho, dilapi.”

 

“Ah, iya. Sama-sama, Dok,” katanya. “Dok, ketinggalan nasi?”

 

“Oiya,” ya ampun, saya lupa, “saya taruh mana, ya..”

 

“Sebentar, Dok..,” tak lama kemudian dia kembali, membawakan saya nasi bungkus. “Yang ini, Dok?”

 

“Oh, betul sekali. Hmm, tempe penyet iwak wader, lho. Mau, ta?”

 

“Wah, ngga usah, Dok. Sudah makan. Makasii.”

 

“Atau jangan-jangan, isinya sudah kalong? Hahaha..”

 

“Ah, Dokter bisa aja.”

 

Saya buka kreseknya, ternyata nasi saya masih dibungkus kresek lagi.

 

“Oh, maap, itu saya dobeli kreseknya, Dok. Biar gak kenampesan hujan.”

 

“Oiya, gak apa-apa. Makasii, ya.”

 

Deg!

Saya baru nyadar. Sepertinya dia tadi berlarian bukan karena jual nasi. Bukan karena menawarkan nasi ke orang-orang yang parkir di sini, tapi sedang menanyakan siapa yang merasa ketinggalan nasi.

 

Dia tanyai mereka satu-satu, di tengah gerimis, dan berusaha mengamankan nasi ini supaya tidak kehujanan dan tetap enak dimakan.

 

Gitu itu yaa.. masiiiiiiiiih saja saya guyoni, “..jangan-jangan isinya sudah kalong..”

 

Ah, hina sekali saya.

Si anak parkir ini lebih mulia perilakunya daripada saya. Anak ini, meski mungkin tidak lebih beruntung daripada anak lain yang menikmati sekolah, perilakunya lebih beradab ketimbang mereka yang mengenyam pendidikan tinggi.

 

Anak ini, meskipun hidup sulit, namun tetap berusaha menolong orang lain, berusaha bersikap yang terbaik dalam menjalankan pekerjaannya. Meski pekerjaan itu dianggap rendahan oleh orang lain. Saya jadi merasa tidak pantas menyandang jas putih ini.

 

Anak ini, meskipun nasibnya tidak lebih baik daripada anak lain yang seusianya, tetap berusaha berdiri, dan tidak memposisikan dirinya sebagai korban keadaan. Orang lain, bisa jadi teman-teman sebayanya, mungkin sudah mengeluh dan menyalahkan takdir karena tak berpihak padanya.

 

Namun tidak untuk anak ini. Dia tetap tegar, tegak berdiri, tersenyum tulus melayani, dan berusaha menjalani kehidupan ini dengan semaksimal yang dia bisa. Meskipun hanya menjadi tukang parkir, namun perilakunya lebih mulia dari siapapun.

 

Hanya sebungkus nasi.

Ya, hanya sebungkus nasi yang mungkin saja terlewat. Saya sebagai pemilik pun, ngga akan masalah kalau yang tertinggal cuma sebungkus nasi. Toh, saya bisa beli lagi.

 

Tapi baginya, sebungkus nasi layaknya emas berlian yang diperjuangkan bertahun-tahun. Sebungkus nasi adalah harta yang berarti baginya, yang bisa membuatnya bertahan hidup seminggu ke depan. Dan dalam seminggu itu, dia tak akan mengotori dirinya dengan harta yang haram.

 

Saya? Ya, masih melongo di atas motor, dan dengan gobloknya menaruh curiga kepadanya. Akhirnya saya paksa dia menerima nasi bungkus ini, dan menitipkan uang parkir yang lebih untuk dia berikan kepada dirinya sendiri atau keluarganya.

 

Ah, goblok sekali.

Saya menangis, haru dalam rinai gerimis.

… .

 

“Jika seseorang merasa terpanggil karena pekerjaannya, sebagai tukang sapu jalan raya, maka hendaknya dia menyapu sebaik Picasso melukis, seindah Beethoven mencipta lagu, dan semegah Shakespare dalam menggubah kata-kata. Karena dengan menyapu sebaik-baiknya itu, seluruh yang ada di langit dan bumi berdoa untuknya, meminta Tuhan menundukkan alam raya kepadanya.” (anonymous)

… .

 

*PR = pahala rombongan.

saya ngga tau asal muasal kenapa banyak juragan tinta di PNBB yang mengawali tulisannya dengan PR. jadinya, ya saya ikutan aja. berhubung sebelumnya ada postingan–lupa dari siapa–“niatkan karena syurga”, dan akhirnya saya terprovokasi,

maka “PR” di sini artinya adalah “pahala rombongan”.

https://www.facebook.com/algristianhafid

Read Full Post »

[Motivasi] Debu Yang Mengganggu

Oleh: Ivan Alfian

 

Dari Abu Hurairah katanya: Telah bersabda rasullah SAW : Hendaklah engkau menjauhkan diri dari sifat hasud, sebab sifat hasud memakan kebaikan sebagaimana api membakar kayu bakar.” (HR Abu Daud)

 

Terkadang saat kita kita memandang suatu permasalahan –meskipun yang sederhana sekalipun- selalu diliputi dengan berbagai prasangka-prasangka yang menakutkan, takut jika hal itu akan melemahkan diri. Saat kita menyaksikan ada teman kita yang berhasil dalam pekerjaannya, masih saja ada prasangka yang tidak baik kepadanya. Prasangka buruk akan melahirkan iri, dengki, dan bahkan kebodohan bagi diri. Sebuah prasangka akan memberikan jawaban-jawaban sebelum kita mengetahui pertanyaannya, dan seburuk-buruknya jawaban adalah bila kita tidak memahami akan permasalahannya.

 

Lihatlah hadits di atas, betapa merugi seseorang yang selalu diliputi prasangka buruk terhadap saudaranya, bukannya kemuliaan yang diraihnya di kemudian hari namun justru kehinaan yang serendah-rendahnya. Bila kita mampu melepaskan diri dari prasangka maka pandangan kita akan lebih jernih dan akan tumbuh keberanian untuk mengatasi segala permasalahan yang menghadang.

 

Sahabat…. Ada ilustrasi yang menarik tentang hal ini, ketika kita mengenakan kacamata, sebenarnya kita masih tetap melihat dengan mata kita bukan dengan kacamata. Sehingga sebuah kenyataan tetaplah yang nampak di mata bukan yang terpantul dari cermin kacamata. Begitu juga dengan diri kita, melihat dan menilai sesuatu sesungguhnya adalah hati kita melalui mata. Prasangka ibaratkan debu-debu pikiran yang mengaburkan pandangan hati kita sehingga tidak mampu melihat dengan baik. Usaplah prasangka sebagaimana kita menghilangkan debu-debu yang mengotori kacamata kita agar supaya bisa melihat dengan lebih jelas dan jernih kembali.

 

“Kebahagiaan anda akan tumbuh berkembang manakala anda membantu orang lain, namun jika tidak kebahagian akan layu dan mengering. Kebahagiaan bagaikan tanaman yang harus disirami setiap hari dengan sikap dan tindakan memberi” (J. Donald Walters)

Read Full Post »

Motivasi

Selamat pagi, pakabar man teman? Semoga semua sehat2 ya. Rasanya sudah berabad2 gak nengokin rumah indah ini. Harusnya ditulis kemarin waktu mapel kesehatan. Tapi karena sejak Rabu lalu vertigoku yang sudah 3 tahun absen, kembali datang berkunjung. Alhamdulillah hari ini sudah sedikit mereda karena bantuan obat dokter. Nah mumpung kuping lagi gak sakit, gak mual dan kepala lagi nggak muter kayak n…aik kursi ontang anting di Dunia Fantasi, aku sempetin nulis untuk tanya-tanya ke pak dokter Hafid Algristian atau juga pakar hypnotherapy seperti mas Nur Muhammadian dan teman2 lain. Adakah solusi untuk mengatasi vertigo (akibat gangguan keseimbangan pada telinga bagian dalam). Dokter hanya memberikan obat untuk melancarkan peredaran darah dan meregangkan otot di sekitar pundak dan leher saja dan saran untuk olah raga teratur. Oya, pertama kali merasakan vertigo heboh itu sekitar 10 tahun lalu (rasanya pernah jatuh pingsan dan kepala belakang terbentur tanpa ada yang tahu). Maunya tanpa obat kimiawi. Ada teman yang menganjurkan belajar reiki atau juga johrei. Waduh kepanjangan. Matur nuwun sebelumnya… ^^Lihat Selengkapnya

SukaTidak Suka · · Berhenti Mengikuti KirimanIkuti Kiriman · 4 Desember pukul 3:38

    • Irawati Syahriah pagi juga mbak Hesti Setiarini, maaf lho kalau menurut pengalaman saya, penyakit itu ternyata berasal dari akumulasi masalah yang kita hadapi dalam keluaarga, baik terhadap ayah ibu ,suami maupun anak-anak, ini berdasarkan ilmu yang saya dapatnya dari ust Danu yang disiarkan di MNC TV setiap hari minggu jam 4.30, dan setelah saya kaitkan dengan pengalaman pribadi ternyata benar, misalnya, saya selama ini mengalami sakit mudah capek dan masuk angin ternyata penyebabnya karena mudah mengeluh, ambien karena jengkel atau marah tapi dipendam, sakit mag karena senang ngedumel sendiri, kalau vertigo karena kalau di nasehati suami atau orang terdekat mudah tersinggung, maaf mbak ini cuma share pengalaman, solusinya kita minta ampun sm Allah kalau selama ini berbuat hal2 tsb dan mita disembuhkan agar lebih sujud dan beribadh kepadaNY serta minta maaf pada suami, kalau mau jelas bisa nonton ustadz Danu sebentar lagi di MNC TV,maaf lho mbak ini cm sharing

      4 Desember pukul 3:54 · SukaTidak Suka · 4
    • Hesti Setiarini Wah..selalu early bird ya mbak Irawati. Makasih sharingnya ya. Secara medis memang katanya ada gangguan pada telinga dalam. Pernah aku baca juga tentang adanya faktor psikologis untuk penyakit ini. Ya, mungkin betul juga. Kehidupan di sini yang penuh duka selain suka. Saran mbak Ira betul sekali. Hanya pada Allaah SWT kita memohon. Terima kasih banyak. Sekarang aku lagi tune in di mnc streaming. Temanya ‘jengkel pada mertua/orangtua kan?’ ^^

      4 Desember pukul 4:10 · SukaTidak Suka
    • Irawati SyahriahHesti Setiarinibarakallahu mbak, aq juga sering bete , mbak maklumlah, semoga kita selalu di sehatkan ALLah, dan selalu menyebar manfaat

      4 Desember pukul 4:13 · SukaTidak Suka · 1
    • Hesti Setiarini Ya mbak Irawati, Insya Allah. Di saat sendirian di sini (meski ada juga sedikit teman wni lain) tp di pnbb ini semua anggota sudah seperti keluarga yang selalu mengingatkan satu sama lain. Alhamdulillah.. sesuatu yang selalu aku syukuri.

      4 Desember pukul 4:21 · SukaTidak Suka · 1
    • Hesti Setiarini Mas Haidi Yan..abis buka pintu pagar kok cuma urun jempol aja sih? Tak ada kata2 mutiara untukku..? ^^

      4 Desember pukul 4:35 · SukaTidak Suka
    • Heri CahyoAlhamdulillah mbak hesti sudah baikan. Blm bisa komen banyak, pake hape, om Dian masih jogging kali, hmm mana master hypnosis bu asriana dan om feri gak muncul neh? Mas dokter hafid, gadgetnya dah sembuh tah?

      4 Desember pukul 4:41 melalui seluler · SukaTidak Suka · 2
    • Haidi Yan Maaf ibu Hesti Setiarini, lagi serius baca tulisan Ibu dan tulisan ibu Irawati Syahriah, sampai lupa ucap terima kasih. Semoga Ibu selalu sehat. Amin.

      4 Desember pukul 4:44 · SukaTidak Suka
    • Hesti Setiarini Alhamdulillah, meski belum 100% sembuh mas. Tapi dah kangen berat sama pnbb. Belum bisa lama2 OL jg. Lagi di luar kota ya mas Heri … iya mbak Asriana juga kelihatannya udah lama gak mencogok ya? Matur nuwun selalu untuk atensinya. Sabar nunggu komeng dan saran temen2 lain. Mas Haidi Yan… lho makasih untuk apa? Met mingguan ya mas.. ^^

      4 Desember pukul 4:49 · SukaTidak Suka · 1
    • Galuh Cempaka pagi jg dik Hesti…sakit seperti itu pernah dialami adik mba..berobat medis sudah dia lakukan belum juga dia sembuh.
      Dari temannya dia dianjurkan mengkonsumsi pepaya setengah matang, namun pepayanya sangat susah dicari. Namanya azza pepaya ” vertigo”.Ciri khasnya tangkai daunnya berwarna ungu dn buahnya panjang..Entah dimana dia akhirnya dia dapatkan buah pepaya tsb,Alhamdulillah setelah dia konsumsi 1bji sakitnya lg kambuh..Kemudian biji mba tanam, sekarang mba punya dan berbuah..
      Duh gimana dik ?

      4 Desember pukul 5:20 melalui seluler · SukaTidak Suka · 2
    • Galuh Cempaka Sekarang pepayanya lagi berbuah..dan ada yg setenga matang, mba mau kasih gimana dik caranya.
      Adik mba sampai sekarang sakitnya tidak pernah kambuh lagi..
      Pepaya vertigo ini kalau matang rasanya sangat manis..dan dagingnya agak keras dari pepaya biasa..
      Mba pernah upload fotonya di fb dik Hesti..
      mba mau kasih gimana dik ?

      4 Desember pukul 5:27 melalui seluler · SukaTidak Suka · 2
    • Hesti Setiarini Wah…subhanallah ya mbak Galuh… ada tanaman berkhasiat seperti pepaya ‘vertigo’ itu. Andai saja ada orang yang kesini dan mau dititipin pasti aku mau sekali. Pepaya kan enak! Karena susah kalau kirim buah via pos. Terima kasih sebelumnya mbak ^^

      4 Desember pukul 6:25 · SukaTidak Suka · 1
    • Galuh Cempakakalau via pos brp hr nympe dik..nant mba paket kan say..

      4 Desember pukul 8:09 melalui seluler · SukaTidak Suka · 1
    • Sitie Zumaroh oh mbak Hesti Setiarini lagi sakit ya mbak…syafakillah…hanyabisa mendoakan moga lekas sembuh…dan kita belajar bersama…sepi nieh gak ada teman ngerumpi di pojokan

      4 Desember pukul 8:35 · SukaTidak Suka · 2
    • Nur Muhammadian SYAFAKILLAH mbak Hesti Setiarini…Benar pak dhe Heri saya baru selesai Joging, tadi sempat baca FB lewat BB sambil joging tapi kok gak sreg karena tdk bisa nulis panjang. Benar pula yg disampaikan mbak Irawatidan bisa jadi penyakit kita akumulasi input negatif sejak nafas kita dihembuskan dalam rahim. Insya ALLOH saya inbox dalam word script selfhipnonya mbak…Dan yang terpenting adalah kita harus ikhlas menerima sakit itu. Pada bagian mana yang sakit,ikhlaskan menerimanya.Misalkan kepala, sudah lama si kepala bekerja untuk kita.Pernahkah kita berterima kasih kepada kepala? Jadi setelah ikhlas menerima sakit…Minta ampun kepada ALLOH dan minta maaf kepada kepala bahwa selama ini kurang bersyukur pada jasa-jasa kepala,kurang bersyukur atas kesehatan yang kita terima.Yang ketiga adalah memaafkan…Maafkan semua kesalahan orang-orang di sekitar kita. Melupakan tidaklah sama dengan memaafkan…Kalaupun kita sudah melupakan seseorang tapi belum memaafkan, maka itu tetap tersimpan di alam bawah sadar dan akan jadi beban selamanya. Karena itulah saya kurang sepaham dengan tradisi minta maaf setahun sekali, karena yang benar adalah segera memaafkan saat kita masih ingat kesalahan org terhadap kita. Insya ALLOH dengan menerima-meminta maaf-memaafkan plus memberi (bersedekah) sakit kita akan berkurang…Karena itulah cara kerja pikiran bawah sadar kita…WALLOHU ‘ALAM, LA HAULA WALA KUWWATA ILLA BILLAH….

      4 Desember pukul 9:25 · SukaTidak Suka · 5
    • Sitie Zumaroh ‎*menyimak penjelasan om Nur Muhammadian….

      4 Desember pukul 9:45 · SukaTidak Suka · 1
    • Mamane Kirana Selamat pagi juga Mb Hesti Setiarini, habis sakit rupanya, maaf baru tahu…….syafakillah wa Thohuron ya (semoga Allah menyembuhkan dan menggugurkan dosa2 dg sakit tsb, aamiin)Mb Hesti yg ramah..setiap akibat berawal dari sebab. Selain pola makan dan habits, pikiran juga mampu mempengaruhi fisik. Saya kira ada yang menjadi beban pikiran Mb.
      Coba deh dicari penyebab masalahnya sambil memohon kpdNYA serta berserah diri sembari memohon ampunanNYA, atas kesalahan maupun keteledoran kita sebagai hamba yang terbatas, bodoh dan lemah,insyaAllah, Dia akan menuntun Mb untuk menyelesaikan masalah tsb, entah berupa ide, buku2 yg dibaca atau dr masukan teman2 yg lain, pasti ada rahasia tersembunyi yang Allah hendak ajarkan kepada Mb Hesti. Dengan senantiasa mengikhlaskan apapun yang Allah berikan kepada kita dengan sudut pandang yang positif karena semuanya berarti baik bagi kita…….Bukankah Allah telah berjanji di surat Al insyirah : “Fainnamaal ‘usri yusro innamaal ‘usri yusro”, (Maka sungguh beserta kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan), sampai di ulang 2 x. Menurut tafsir Pak Quraish Shihab, jika kita di uji (sakit, problematika hidup dll) sebenarnya solusinya sangat dekat, maka Allah memakai redaksi FA, satu masalah Allah menyediakan 2 solusi, asal kita melakukan syaratnya yaitu berikhtiar sesuai dg yg dicontohkan rasul, ikhlas menerimanya. Semoga Mb segera pulih spt biasanya. Mohon maaf bila tidak berkenan 🙂

      4 Desember pukul 10:24 · SukaTidak Suka · 5
    • Heri CahyoMenyimak penjelasan bu ustadazah 😀

      4 Desember pukul 10:40 melalui seluler · SukaTidak Suka · 1
    • Mamane KiranaPakde : suka gitu tuh Pakde…hhhmmmm 😦

      4 Desember pukul 10:45 · SukaTidak Suka
    • Erryk Kusbandhono Semoga lekas diberi kesembuhan, mbak hesti…
      Bagus2 nasehat para ibu & bapak diatas, mbak…^_^

      4 Desember pukul 13:30 · SukaTidak Suka · 1
    • Risma Purnama Aruan istirahat yang cukup mbak Hesti Setiarini…*big hug…:)

      4 Desember pukul 20:00 · SukaTidak Suka · 1
    • Hafid Algristian aslm wr wb..
      waaaahhh menarik sekali postingannya..
      duh, mba Hesti Setiarini.. maap saya baru buka laptop.. benar kata pak Heri Cahyo, gadget saya belum sembuh benar.. hehehe..
      seperti kata pak Nur Muhammadian, syafakillah untuk mba hesti, ya, dan syafakallah juga buat gadget saya.. hehe..

      mba hesti, silakan coba banyak cara yang direkomendasikan di sini, termasuk pepaya vertigo milik bu Galuh Cempaka, sepertinya menarik, tuh.. dikirim via fax aja mungkin bisa *lho, hehe..*

      benar juga apa yang dikatakan mba Irawati Syahriah, bahwa penyakit yang kita rasakan sekarang bisa karena akumulasi emosi negatif yang menumpuk bertahun-tahun. emosi negatif ini membuat sel-sel tubuh kita rentan terhadap penyakit.

      4 Desember pukul 22:46 · SukaTidak Suka · 1
    • Krisna Yudha Syafakillah…semoga bisa mengugurkan dosa-dosa …sabar dan Ikhlas denga terus berusaha…berobat ya bu Hesti Setiarini…Ganbatte

      4 Desember pukul 22:49 · SukaTidak Suka · 1
    • Hafid Algristian yang mba Hesti Setiarini alami, kebetulan sel-sel otaknya yang sedang reaktif terhadap emosi negatif tersebut. penting kiranya melakukan “washout” terhadap segala macam emosi negatif yang pernah dimiliki, baik sadar ataupun tidak.

      baik kiranya script self hypnosis pak Nur Muhammadian disharingkan di sini, sehingga bisa dipraktekkan juga oleh semua kawan PNBB. setuju ya, pak? hehehe..

      saya sendiri–meskipun mempelajari obat-obatan untuk meresepkan kepada pasien–jarang sekali menjadikan obat2an sebagai terapi utama. bisa dicoba tuh self hypnosis dari pak nur untuk meredakan gejala vertigonya.

      untuk benar-benar sembuh, perlu dimulai dari kesungguhan mba hesti sendiri. yakin sembuh, ikhlaskan semuanya, dan pasrahkan kemudahannya kepada Allah. insyaAllah kondisinya pasti lebih baik dari sekarang.

      saya sendiri sedang mendalami S-EFT, atau spiritual emotional freedom technique, untuk membantu kawan-kawan yang sedang mengalami gangguan jiwa, mulai dari yang sederhana yakni gangguan tidur, sampai mereka yang menderita skizofrenia. alhamdulillah membuahkan hasil yang baik.

      silakan search di om google, mba hesti, apa itu SEFT. insyAllah banyak kawan yang merasakan manfaatnya, lalu mengajarkannya juga kepada orang lain.

      semoga sedikit informasi ini membantu.. 😉

      4 Desember pukul 22:54 · SukaTidak Suka · 5
    • Irawati SyahriahNur Muhammadiansaya pengen juga dong dapat ilmunya,kalau njenengan berkenan, ini emailnya , irawati. syahriah70@yahoo.co id

      Senin pukul 6:50 · SukaTidak Suka
    • Irawati SyahriahHafid Algristianmakasih banyak atas penjelasannya, jazakallahu, insya Allah bermanfaat

      Senin pukul 6:51 · SukaTidak Suka · 1
    • Hazil Aulia semoga cepet semubh dan pulih, jadi bisa ha ha hi hi lagi di sini…

      tadi sebener e mau nagih PR eh eh eh.. ternyata laporan lagi sakit… hi hi hi…

      Senin pukul 14:59 · SukaTidak Suka · 1
    • Citra Dewi Semoga cepat sembuh sobat Hesti Setiarini.

      Senin pukul 15:11 · SukaTidak Suka · 1
    • Hesti Setiarini Mohon maaf baru membalas komeng2 yang sangat bermanfaat atas keluhan penyakit vertigoku. Saat ini rasanya masih belum sembuh total. Nggak bisa berlama-lama OL di laptop. Sesekali bandel juga ngintip pakai hape. Dan mungkin karena pengaruh obat bawaannya jadi ngantuk, sedang energi sudah habis terkuras karena harus tetap melakukan pekerjaan2 rumah tangga, jemput anak sekolah dll. Maklum gak ada asisten di sini. Beribu terima kasih untuk semua sahabat yang sudah seperti anggota keluarga. Bersyukur aku bisa dipertemukan dengan orang-orang yang baik dan selalu ingin berbagi dalam kebaikan. Mbak Galuh … terimakasih info pepaya vertigonya. Tapi rasanya hrs dikarantina dulu kalau memposkan buah2an ke sini. Mbak Mamane Kirana … matur nuwun nasehatnya. Aku jadi lebih banyak berpikir tentang nasehat mbak selama beberapa hari ini. Semoga ada yg bisa diambil hikmah dari semuanya. Mas Nur Muhammadian…matur nuwun sebelumnya dan sangat-sangat ditunggu selfhypno di inbox ya mas. Kalau bisa di share ke teman-teman lain yang mungkin punya problem serupa, pasti lebih bermanfaat lagi. Mas Krisna Yudha,uda Hazil, Citra Dewi, Risma, Sitie, Erryk Sensei, terimakasih untuk doa2 yang tulus. Mas dokter Hafid juga terima kasih … SEFT menarik sekali. Berandai-andai bisa belajar jarak jauh yaa… ^^

Read Full Post »

Oleh: Risma Purnama Aruan

Apa yang dimaksud dengan bakat, sedikit pengertiannya adalah kualitas atau kapasitas yang dimiliki seseorang dalam melakukan pekerjaan dengan tingkat yang beragam, artinya bakat seseorang itu berbeda beda juga kemampuannya. Bakat ini bisa diciptakan, diramalkan,di ukur prestasinya. Mungkin kita bisa melihat dengan banyaknya sekarang acara acara mencari bakat. Andapun bisa mengikutinya jika anda memiliki kapasitas untuk menciptakan bakat Anda. Sementara talenta adalah bakat yang dibawa sejak lahir, merupakan sebuah anugerah yang diberikan oleh sang Ilahi. Tapi talenta ini bisa hilang jika kita tak mengembangkannya sesuai bakat kita. Itulah sebabnya kita perlu mengembangkan masing masing talenta yang kita miliki menjadi bakat yang luar biasa yang berkualitas dan berprestasi.

Apa yang menjadi bakat dan talenta Anda? Kita takkan pernah tahu kalau kita tidak menggalinya. Caranya, ya dengan mencoba satu persatu kemampuan kita sampai kita menemukan di mana sebenarnya kita paling berkembang, berprestasi, berkualitas itulah bakat kita sebenarnya. Saya sangat bersyukur dianugerahi talenta yang banyak oleh Sang Ilahi,semua itu saya ketahui setelah saya mencobanya. Contohnya menulis, saya tak pernah tahu saya punya talenta itu sebelum saya kecebur di dunia tulis menulis dengan cara melakukannya, mempublish tulisan saya yang acak adul pada saat itu, tatanan bahasanya yang amburadul. Setelah saya jalani hari demi hari, tulisan saya ada perbaikan, terutama karena saya mendapatkan masukan dari orang lain.Oh, ternyata saya berbakat juga jadi penulis, asal saya mau belajar terus sampai batas kemampuan saya.

Selain itu saya juga mempunyai talenta di bidang jahit menjahit. Dulu saya sama sekali saya tak mengerti cara menjahit. Sampai suatu saat saya menganggur tak mempunyai pekerjaan, saya mengisi kesibukan dengan kursus menjahit. Dari hasil jahitan pakaian saya ternyata saya sangat berbakat, terbukti dari hasil jahitan saya yang rapi dan kemampuan saya membuat pola pola jahit yang sederhana sampai yang rumit. Saya pelajari dengan sabar dan tekun. Oh, ternyata saya berbakat menjadi tukang jahit, suatu waktu nanti saya akan buka butik jahit pakaian.

Nah, masing masing kita sudah diperlengkapi dengan talenta itu, apakah kita sudah mengembangkannya. Coba ricek kembali, mungkin ada talenta Anda yang belum tergali. Cobalah bertanya kepada orang lain itu melihat bakat yang tersembunyi dalam diri Anda. Ingatlah, suatu hari nanti masing masing kita harus mempertanggungjawabkan talenta yang sudah diberikan itu. Berapakah kemampuan kita untuk mengembangkannya? Berapakah talenta yang akan kita kembalikan kepadaNya sebagai bukti kita telah melakukan tugas kita dengan baik? Supaya nanti kita tak dihakimi sebagai pemalas yang menyianyiakan talenta yang sudah diberikan kepada kita. Saya sedang terus menggali talenta dan bakat saya.

Selamat menggali talenta dan bakat anda, yuk! 🙂

Read Full Post »

Oleh: Naz Rifa

Dulu Aku termasuk orang yang tidak terlalu peduli dengan ini, menurutku bisa bahasa ‘ibu’ dan sedikit bahasa inggris serta bisa menyampaikan maksud dengan baik saja sudah cukup. Belakangan baru aku sadari bahwa ternyata prinsip yang ku pegang selama ini hanya menjadikan aku terlihat seperti orang bodoh.

Kesadaran ini semakin bertambah setelah kepulanganku dari KL. Tiba-tiba ada cita rasa yang berbeda saat aku mendapati tulisan berbahasa melayu semenjak di KLIA, bagiku semuanya terasa lucu dan selalu membuatku senyum-senyum sendiri kalau ingat. ya, menurutku bahasa mereka terlalu vulgar 🙂

Seperti tulisan balai ketibaan yang di bandara Indonesia ditulis ruang kedatangan, atau instalasi panggilan darurat untuk mengatakan warung telekomunikasi (fasilitas telfon umum). Pernah juga disatu stesen pemberhentian monorail aku menjumpai tulisan ‘berhati ada penceluk saku’ yang kalau diindonesiakan artinya kurang lebih ‘awas copet’, atau didalam LRT (long rapid transportation) yang didinding tepat diatas tempat duduknya tertulis ‘bagi awak kurang upaya’ (lupa persisnya) atau kalau di indonesiakan berarti ‘untuk orang cacat atau lansia’. atau air kosong untuk air putih ketika kami makan siang di food court. Atau tulisan yang kami temui diparkiran kampus universitas islam antar bangsa (UIA), disana tertulis ‘hanya untuk kaki tangan sahaja’ yang artinya mungkin ‘parkir khusus pegawai’. Saat itu istilah bahasa itu sempat kami plesetkan dan dijadikan bahan bercanda, refleks aku bilang ‘silahkan masuk, tapi kepala sama badannya ditinggal ya mbak, hiii………” 🙂

Di Negara tetangga ini second language (English) sangat familiar, baik dikalangan anak2, remaja, ibu2, bapak2, pekerja, pedangang, terlebih mahasiswa. meskipun tak jarang kita akan menemukan structure yang amburadul atau mix melayu-Inggris. Seperti ‘awak student?’ atau ‘I nak ke market’. Dalam kondisi seperti ini kau bisa bayangkan bukan, betapa menyebalkannya jika harus terpaksa ‘puasa’ bicara hanya karena tidak bisa banyak menggunakan bahasa inggris. Ketika berdialog hanya bisa bilang yes, no, thank you atau how much ketika berbelanja dipusat perbelanjaan, tanpa bisa nawar :). Bagi orang yang suka bercerita dan se-ekspresif diriku itu sungguh menyiksa. Akibatnya, pertemuan dengan sesama warga Indonesia akan sangat ku syukuri (seperti ibu cleaning service asal Surabaya yang aku temui di KLCC), karna kami bisa berbahasa dengan bahasa ‘ibu’ yang bagiku bahkan sudah familiar sejak lahir.

Di Malaysia akulturasi budaya terlihat cukup pesat, Kita bisa menemukan banyak warga Negara asing disana, apalagi di UIA. Dari India, Afrika, Mesir, Syria, jepang, Taiwan, Indonesia bahkan Palestina. Mereka berbicara dengan logat dan ekspresinya masing2. Dari situ kemudian aku menarik kesimpulan, kalau orang yang menguasai banyak bahasa, kemungkinan besar ia akan sangat ekspresif, menyenangkan. Meskipun Akulturasi budaya begitu kuat, aku rasa Malaysia tetap mampu mempertahan khas budaya melayu, mereka bisa menjaganya dengan baik, dibeberapa tempat kita bisa menemukan para wanita dengan pakaian panjang khas kain melayu dan penutup kepala yang pinggirannya dipotong begitu saja, tanpa neci. Sungguh kontras dengan kemajuan pembangunannya.

Tapi bukan ini yang ingin aku bagi. Ada kesimpulan lebih dalam yang aku dapatkan, dengan tidak bisa banyak berbahasa aku jadi tidak bisa menangkap informasi dengan utuh, bahkan mungkin sedikitpun aku tidak mengerti. Secara sederhana bisa dikatakan, bahwa ilmu yang bisa kita serap hanya sampai pada bahasa yang mampu kita fahami, selebihnya tidak. Tidak hanya itu, jika berhadapan dengan musuh, kurasa kita akan kalah dengan mudah, karena mereka dengan mudah bisa menipu dan mengatur strategi didepan kita, sementara kita tidak tau apa2. Bukankah itu sungguh malang?

Kesimpulan ini juga diilhami dari beberapa kisah ketika bepergian ke KL..Entah hari keberapa, aku lupa. Kami menemui 2 orang pebisnis china di dalam LRT, mereka berbicara menggunakan bahasa mandarin (aku tau itu karena sebelumnya aku pernah belajar, meskipun hasilnya juga masih nihil). Dia berbicara cukup jelas dan sangat serius. Tanpa bermaksud ingin tau dan mencampuri urusan orang lain, Entah kenapa tiba2 saja aku merasa menyesal, karena Aku tidak bisa mengerti apa2. dan prediksiku, pastinya dia tidak akan bicara sekeras itu, jika disampingnya adalah orang china yang faham bahasa Mandarin juga.

Cerita lain lagi aku alami pada malam pertama di UIA, rencananya kami akan menghadiri kajian Ma’alim fiiththariq di UIA sebagai ganti tertinggalnya kami dari WIEF conference yang harusnya kami ikuti, kami masuk di cara club assalam yang merupakan perkumpulan anak2 timur tengah di UIA, mereka juga sedang menggelar kajian. Akhwat Syria yang menyambut kami, ia berbicara dengan mbak anita yang mengantar kami dalam bhs inggris yang lancar, sementara kami hanya berbicara seadanya dan memperkenalkan diri. Sebenarnya agak ragu juga, apakah ini forum yang kami tuju atau bukan, rasanya agak aneh kalau teman kami merekomendasikan kami untuk ada di kajian orang2 timur tengah, sementara dia tau kami tidak bias berbahasa arab, apalagi diforum itu tidak ada satupun mahasiswa/I berwajah melayu kecuali kami berdua, Aku dan Kia. Lagi2 kali ini kami agak nekad dan berusaha untuk PD serta berpositif thinking..yang penting ikutin aja dulu, masalah salah masuk forum urusan belakangan, toh nanti kami juga akan tau, tersesat atau tidak… tapi nyatanya hingga kepulangan kami ke Indonesia, bahkan sampai saat ini, kami masih tidak tau dengan pasti apakah forum itu memang forum yang kami tuju atau bukan..dan penyebabnya, tidak lain dan tidak bukan adalah karena kami tidak mengerti dan tidak bisa berbahasa arab, benar2 memalukan..

Oya, Didalam kajian tersebut semua menggunakan bahasa arab, mulai dari pembukaan sampai penutupan, mereka sangat PD, malam itu ada seorang munsyid yang juga menyanyikan lagu dalam bahasa arab, sayang aku tidak tau artinya. yang paling aku suka dari mereka adalah ekspresinya. Kami mengisi ‘guest’ dalam daftar hadir. Acara berjalan, seorang syekh yang merupakan salah seorang lecture UIA yang jadi pembicara malam itu.

Aku mengikuti kajian itu, meskipun hanya sedikit kata2 yang aku tau, sepertinya kajian itu sangat mengasikkan, sesekali mereka tertawa (dan tentunya kamipun ikut senyum2 tanpa mengerti apa yang membuat mereka tertawa, bagiku sendiri aku sedang mentertawakan kebodohanku), sesekali mereka terlihat serius, lagi2 tanpa aku tau mereka sedang membicarakan apa. 10 menit pertama aku sempat kesal, karena tidak mengerti ‘apa ide utama’ yang mereka bicarakan, yang aku tau mereka membicarakan para sahabat dari Abu bakar, umar, ustman, ali, dst..itu terlihad dari slide yang terpampang di layar. Dalam hati Aku berkata ‘harusnya banyak pelajaran baru yang bisa aku ambil, karena dia menyampaikan dengan sudut pandang orang timur tengah, pemaknaannya mungkin jauh lebih dalam’ itu yang aku fikirkan saat itu. Disaat seperti itu, aku pejamkan mataku, tiba2 saja wajah Murabbiku terlintas, ya saat itu aku ingat pesannya ketika kami berdiskusi sedikit tentang bahasa. ‘jika kita tidak mengerti sesuatu, dengarkan saja dengan khusyu’, jika ikhlas minimal semangatnya akan tertular’ begitu katanya.

Aku turuti pesan itu, sampai akhirnya pada pembahasan sahabat Mus’ab Bin Umair ada bahasa yang bisa sedikit aku mengerti. dalam bahasa Indonesianya Lecture itu berkata begini, ‘jika diantara kalian ada yang merasa waktu kalian sangat senggang tanpa ada pemikiran untuk ummat, ingatlah mus’ab bin umair, jika kalian dengan nyaman makan di KFC, ingatlah mus’ab bin umair. Jika kalian merasa tidak ada kerjaan, ingatlah mus’ab bin umair. Pemuda islam darimana saja kalian berasal, Syria, Egypt, palestin, yordan, Malaysia.. ikutilah jejak Mus’ab bin Umair’ ia mengatakannya dengan lantang. saat itu Aku merasa jantungku berdebar, Aku merasa terpanggil. ‘tidak cukup bagi kita untuk menjadi rijalud da’wah, tapi tirulah Mus’ab..Ikutilah jejak Mus’ab, jadilah arrijalu udkhulud daulah’ ucapnya. Ya arrijalu Adkhulud daulah (pemuda pembuka daulah/peradaban).

Kami pulang hampir jam 12 malam, kondisi kampus masih cukup ramai, terutama diperpustakaan. Malam itu ada komitmen yang turut serta dalam perjalananku menuju asrama, bahwa aku akan berupaya untuk belajar bahasa arab, aku ingin belajar banyak bahasa. Bagaimana mungkin bisa meniru Mus’ab, jika aku tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengan banyak golongan, bagaimana mungkin bisa menjadi salahsatu pemuda yang bisa ‘diandalkan’ oleh islam sementara aku penuh keterbatasan. Entahlah, yang pasti malam itu, aku tidur dengan perasaan yang sulit dijelaskan.

Masih tentang bahasa.. kejadiannya tepat di hari terakhir kami di KL, ketika naik KLIA express melalui gerbong bawah tanah menuju bandara untuk terbang kembali ke Indonesia. Di dalam kereta, hanya berjarak 1 kursi dari tempat duduk kami, aku mendapati segerombolan keluarga india. Mereka membawa 4 orang anak yang kelihatannya hampir seusia (mungkin sepupuan, usianya kira2 sekitar 6-7 tahun). Mereka bermain didalam kereta, tepat disebelah tempat duduk kami. sungguh sangat menarik perhatianku. mereka bermain dengan ceria, tertawa-tawa, dan saling berkejaran dan berpindah2 tempat duduk (kebetulan saat itu kereta agak lowong). Tidak sengaja aku melihat mereka tertawa sambil menggeleng2kan kepala. Saat itu aku tau bahwa ternyata ‘goyangan kepala’ khas india yang sering kali aku lihat di TV adalah bakat alami, bukan rekayasa :). selama ini aku tidak suka melihatnya, aku fikir itu terlalu mengada2, agak lebay. Dalam hati aku berkata ‘mungkin akan lebih menyenangkan jika aku tau apa yang mereka bicarakan sehingga terlihat begitu riang’. dan tidak hanya itu, jika saja aku bisa berbahasa india, setidaknya aku bisa berterimakasih padanya karena telah membuat persepsiku tentang gelengan kepala khas negaranya jadi berubah. Tapi itu semua tidak bisa aku lakukan, karena aku tidak bisa bahasa mereka, jadi cuma bisa senyum doang, sebagai tanda persahabatan, hehe…

Saking pentingnya kemampuan berbahasa ini, Bahkan seorang Jurnalist yahudi Charles Rapaport menggunakan strategi yahudi untuk berbicara dan mengerti 10 bahasa, strategi itu mereka sebut Yiddish. System ini menggabungkan kearifan local dengan 4000 campuran bahasa ibrani didalamnya. Bahkan mereka menggunakan formula menghafal dan menguasai bahasa suatu Negara dengan cepat dalam waktu hanya 1 bulan.

Perhitungan formulasi ini dilakukannya dengan melakukan survey kata dalam Koran harian New York times dengan melihat seberapa banyak kata2 tertentu yang muncul dikoran tersebut, termasuk untuk menghitung berapa banyak kosakata yang dibutuhkan seseorang untuk dapat mengerti suatu bahasa dengan baik. Hasilnya, Charles menyimpulkan: yang harus dilakukan seseorang untuk menggunakan bahasa apapun adalah cukup dengan mempelajari 600 kosa kata.

Untuk mempelajari 600 kosa kata tersebut, Mereka menerapkan prinsip 1 hari, orang yahudi harus mempelajari 20 kosakata untuk 30 hari belajar. Dengan kata lain, hanya dalam satu bulan maka mereka akan dapat membaca Koran harian dengan sebuah bahasa asing dan mengerti ide utamanya dalam bahasa apapun yang mereka pilih. Menakjubkan bukan? Kalau begini ceritanya, tidak heran jika Kaum Yahudi sangat sombong dan bisa mengangkangi dunia, ia bisa mengatur bangsa manapun dengan kemampuan bahasanya, kemampuannya menyerap informasi dan strategi dengan utuh.

Inti yang ingin saya sampaikan adalah..Pada prinsipnya kita umat muslim harus lebih gigih belajar dan mencoba, dengan metode apapun. Jangan pernah malu, karena orang pemalu tidak akan pernah belajar apapun. Jangan takut berbicara terbata2 atau membuat kesalahan, karena kesalahan akan selalu kita ingat dan bisa jadi kesalahan itulah yang akan mengantarkan kita pada sebuah kebenaran. Wallahu’alam..

Yuk..sama2 belajar 🙂

Read Full Post »

Tadi pagi di beranda facebook saya membaca status dengan statemen, “Andaikan semua hari” adalah tanggal satu, antara tertegun , lalu tersenyum sendiri dalam hati. Tertegun karena boleh jadi orang yang menulis kan status tersebut adalh karyawan yang hari ini, akan menerima amplop gajian, rutinitasyang selalu ditunggu memang oleh parapemilik kantong yang sedang bokek, he he. Tersenyum, kalau semua hari adalah tanggal satu, apa jadinya kehidupan, akan monoton tentunya, dan pasti terasa hambar.

Sudah menjadi sunatullah alias hukum alam bahwa di dunia ini segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan, ada tanggal satu yang identik dengan tanggal muda ada juga tanggal tua, yang sebutan angkanya tiap orang berbeda, bagi karyawan, yang gajinya besar melebihi jumlah nominal pengeluaran nya tiap bulan tanggal tuanya boleh jadi tidak punya istilah tanggal tua, karena rekening tabungan di bank selalu siap di tarik tunai kapanpun lewat mesin ATM. Namun bagi karyawan yang gajinya cuma bisamencukupi sampai seminggu setelah tanggal satu gajian maka , boleh jadi tanggal tuanya adalah pekan pertama pada bulan tersebut. Jadi sifatnya relatif.

Perlu disadari pergantian siang dan malam, pertukaran hadirnya matahari dan rembulan, pergeseran tangagal satu , dua , tiga danseterusnya sampai akhir bulan, adalah warna warni kehidupan.Jangan berharap senyum sepanjang hari dan jangan menampik bila kegundahan dan tangisan harus hadir. Karena dari situlah kira mereguk manisnya kehidupan setelah pernah merasakan pahit yang tak tertera.

Chemistry kehidupan ada dalam pergantian waktu, Bila semua hari esok bisa ditebak akan seperti apa , maka lenyaplah ikhtiar. Yang kita bisa perbuatadalah menemukan sebanyak mungkin HARAPAN di setiap kita terbangun di pagi hari, lalu bangkit menyambut hari dengan OPTIMISME, selanjutnya memupuk hari-hari dengan sikap KONSISTEN, lautpun kan kudaki, gunung kan kuseberangi begitulah motto orang yang akan meraih harapan, dimanapun harapan itu berada, harapan adalah cita-cita termahal kita, bisa jadi ingin menjadi bisnisman yang sukses, atau ingin meraih jabatan tertinggi di perusahaan tmpat kita bekerja.

Namun harus diingat , jalan tak selamanya mulus , oleh karena itu diperlukan lagi sebuah INTEGRITAS tinggi. INTEGRITAS berarti berani belajar dari kesalahan pada hari sebelumnya, setiap kesulitan dipandanG sebagai peluang untuk berbuat, dan harus punya sikap dalam kebimbangan ketika menghadapi suatu dilema, tak pernah menyalahkan diri sendiri maupun oranglain, tidak minder ketika berhadapan dengan orang sukses, lebih memilih banyak berbuat daripadabanyak bicara, menhormati orang yang lebih senior karena dianggapnya lebih berpengalaman, menghargai orangyanglebih muda karena mereka lebih energik dan penuh inspirasi. Dan Bagi orang yang telah memiliki INTEGRITAS, akan selalu mengucapkan selamat kepada orang yanglebih sukses darinya dan akan memberikan semangat kepada mereka yang mengalami kegagalan.

Kalau dalam diri kita sudah ada HARAPAN, OPTIMISME, SIKAP KONSISTEN dan INTEGRITAS, maka kita tak akan peduli tanggal berapapun hari ini.

Read Full Post »