Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘motivasi’

Oleh: Navwierqz Part X

Setiap profesi yang kita lakukan pasti ada yang namanya hambatan . entah itu hambatan yang mudah di lalui hingga hambatan yang bisa bikin stress , mual mual , kejang kejang ,diare dan bahkan bisa bunuh diri . . . astagfirullahaladzim .

Begitu juga dengan profesi dunia kecil kita , menulis . banyak penulis , khususnya yang masih amatir seperti saya ini mengalami hambatan hambatan tersebut . mungkin karena kurangnya pengalaman dalam mengatasinya . hambatan sering kali muncul disaat kita benar benar telah menemukan ide . entah itu tidak ada pena , kertas, hp . pas lagi asyik asyiknya bekerja , di saat sedang berbincang dengan orang , dan bahkan yang lain lagi . memang sesuatu yang bernama ide ini pantas di beri gelar JELANGKUNG . datang tak di undang dan pergi seenaknya .

Trus, bagaimana dunk ?? oke , saya akan mencoba memberi saran bagaimana mengatasi hambatan yang seperti itu .

Jika kita berada pada posisi yang tidak tepat , misalnya seperti yang saya sebutkan di atas dan tiba tiba si ide itu dating . otomatis kan kita tidak dapat menuangkan ke dalam coretan yang indah bukan ?? terus bagaimana agar si ide ini tidak kabur . .?

Langkah pertama yang harus di lakukan adalah ucapkan salam “ Assalamualaikum , ide . . “ hehe . . mungkin dengan ini si ide akan merasa sungkan untuk pergi seenaknya.

Nah kemudian , buatlah kesepakatan dengan ide tersebut . misalnya : Ide tersebut harus direalisasikan dalam bentuk coretan dalam jangka waktu 7 jam (tergantung sikon ). Nah apabila tidak dapat melaksanakan kesepakatan tersebut maka harus di hukum . contohnya push up 100 kali . hehe . .mampus gak tuh . .

Namun bila sukses melakukan kesepakatan tersebut . maka harus di beri hadiah , misal bakso 3 mangkok . kan enak tuh . . hihi . mendingan bakso 3 mangkok kan daripada push up 100 kali . hayyoow . .

Jadi intinya , hukumlah diri kita saat diri kita gagal dan berilah apresiasi yang special disaat kita berhasil merealisasikan sebuah tulisan . mungkin dengan begitu kita akan lebih semangat kedepanya .

Ayo kita buat dunia kecil kita lebih berwarna. . . . .

Read Full Post »

Oleh Naz Nifa

“Tau nda apa yang sedang Allah rekayasa ketika Ia menakdirkan Muhammad menjadi penggembala?”

Tanya seorang pria setengah baya 5 tahun lalu di sebuah rumah makan fried chicken terkenal di kota Banjarbaru, AZ namanya. Mendengar pertanyaannya aku hanya tersenyum, sebagai tanda Aku tidak punya jawaban yang kuanggap tepat.

“Karena Allah ingin menjadikan dia seorang pemimpin besar” ia menjawab sendiri pertanyaannya, seolah tau kalau Aku memang tidak punya jawaban.

“suksesnya seseorang mengembala bisa menjadi indikasi bahwa suatu saat ia akan sukses memimpin manusia” ia melanjutkan penjelasannya, Aku masih diam, menyimak sekaligus berfikir apa hubungan pengembala dan seorang pemimpin. Karena dari strata social kelasnya justru jauh berbeda. Melihat alisku yang berkerut, lelaki setengah baya itu tersenyum

“menggembala bukanlah hal yang mudah. Karena kita harus mengendalikan hewan yang tingkat intelektualitasnya sangat jauuuuh dibawah manusia. Ia harus mengendalikan ternaknya agar lebih beradab dan tidak merugikan orang lain, tidak merusak dan makan tanaman orang”. Katanya panjang lebar.

“terus tau nda mengapa Allah menakdirkan Muhammad menjadi orang yang buta huruf sebelum ia menerima wahyu?” sambil menghirup juice watermelon yang ia pesan, ia kembali bertanya.

“karena Allah ingin manusia meyakini tentang kemurnian Alqur’an sebagai firman Tuhan” jawabku, yang kemudian disambutnya dengan senyum.

“dulu Bapak sering berfikir, jika saja Allah tidak membutuhkan rasionalisasi itu untuk menjelaskan kebenaran Alqur’an sesuai logika manusia, Bapak yakin untuk mengendalikan pola fikir manusia Dia akan menjadikan Muhammad sebagai penulis sejak kecil dan itulah alasan mengapa saya memilih profesi ini” katanya mantap

Ya, selain seorang konsultan kehumasan, Bapak ini sangat suka menulis. Aku mengenalnya setelah beberapa kali share via telfon ketika aku menjabat sebagai koordinator departemen komunikasi dan opini KAMMI daerah kalsel. Hari itu secara tidak sengaja kami bertemu disebuah seminar kehumasan yang mengundangnya sebagai pembicara.

“coba fikirkan anggap saja ada 100.000 penduduk Banjarbaru. Ketika tulisan kalian masuk Koran dan dibaca minimal oleh 0,001 persennya. Kemudian paradigm mereka membaik karena pencerahan dari ide yang kalian tuliskan. Bukankah itu amal jariah yang luar biasa? Apalagi kalau sampai banyak yang baca.

“ setelah memberi jeda ia kembali melanjutkan “mengharapkan balasan dari sebuah kebaikan bukanlah hal yang dilarang.. jika banyak orang yang menulis karena uang, maka menulislah karena syurga, niatkan lillahita’ala. Karena ketika menulis hal-hal baik dan bermanfaat, sebenarnya disaat yang sama kita sedang menabung pahala untuk menebus syurgaNya Allah” katanya.

“belum lagi jika berfikir pada proses perbaikan ummat. Munculnya agama ini karena munculnya ummat. Sejarah membuktikan ummat manapun yang jauh dari budaya menulis dan membaca akan menjadi ummat yang tertinggal dan terkebelakang. Bukankah kebaikan ataupun pengetahuan harusnya dibagi? Bukan disimpan sendiri”

mendengar apa yang ia katakan, Aku mengangguk, tanda setuju.Semenjak pembicaraan itu, motivasiku untuk menyampaikan ide dari tiap pengalaman menjadi semakin besar, terlebih setelah kutemui sebuah kata mutiara yang berbunyi ‘jika kau bukan anak seorang raja ataupun seorang ulama besar, maka jadilah seorang penulis. Karena dunia ini tidak bermula dari apapun kecuali dari aksara’.

Begitu banyak ilmu pengetahuan yang bisa kita gali saat ini, salahsatunya karena ada mereka yang bersikeras menyisihkan waktunya untuk menulis, mengabadikan tiap pengalaman, tiap teori dan pelajaran, tiap pengetahuan dan tiap perjalanan.sejak saat itu Aku menggilai menulis, meskipun lebih banyak moody-nya atau terpaksa karena dikejar deadline. Tapi setidaknya setiap kali mengingatnya, aku selalu menyimpan komitmen bahwa suatu saat aku berharap bisa menuliskan banyak informasi dan pengalaman berharga.

And the last…Aisyah r.a berkata ‘ajari anak2 puisi sejak dini’.

Umar Bin Khattab berkata “ajarkanlah sastra pada anak2mu, agar anak yang pengecut jadi pemberani”.

Buya Hamka berkata “sesuatu yang dibutuhkan untuk menghaluskan jiwa adalah seni dan sastra” Aku berkata “menulislah (apa saja) agar kau dapat mengenali dirimu sendiri”

Mari menulis, mari merayakan keabadian!!!

Berau, 03122011

Read Full Post »

Oleh: Risma Purnama Aruan

Apa yang dimaksud dengan bakat, sedikit pengertiannya adalah kualitas atau kapasitas yang dimiliki seseorang dalam melakukan pekerjaan dengan tingkat yang beragam, artinya bakat seseorang itu berbeda beda juga kemampuannya. Bakat ini bisa diciptakan, diramalkan,di ukur prestasinya. Mungkin kita bisa melihat dengan banyaknya sekarang acara acara mencari bakat. Andapun bisa mengikutinya jika anda memiliki kapasitas untuk menciptakan bakat Anda. Sementara talenta adalah bakat yang dibawa sejak lahir, merupakan sebuah anugerah yang diberikan oleh sang Ilahi. Tapi talenta ini bisa hilang jika kita tak mengembangkannya sesuai bakat kita. Itulah sebabnya kita perlu mengembangkan masing masing talenta yang kita miliki menjadi bakat yang luar biasa yang berkualitas dan berprestasi.

Apa yang menjadi bakat dan talenta Anda? Kita takkan pernah tahu kalau kita tidak menggalinya. Caranya, ya dengan mencoba satu persatu kemampuan kita sampai kita menemukan di mana sebenarnya kita paling berkembang, berprestasi, berkualitas itulah bakat kita sebenarnya. Saya sangat bersyukur dianugerahi talenta yang banyak oleh Sang Ilahi,semua itu saya ketahui setelah saya mencobanya. Contohnya menulis, saya tak pernah tahu saya punya talenta itu sebelum saya kecebur di dunia tulis menulis dengan cara melakukannya, mempublish tulisan saya yang acak adul pada saat itu, tatanan bahasanya yang amburadul. Setelah saya jalani hari demi hari, tulisan saya ada perbaikan, terutama karena saya mendapatkan masukan dari orang lain.Oh, ternyata saya berbakat juga jadi penulis, asal saya mau belajar terus sampai batas kemampuan saya.

Selain itu saya juga mempunyai talenta di bidang jahit menjahit. Dulu saya sama sekali saya tak mengerti cara menjahit. Sampai suatu saat saya menganggur tak mempunyai pekerjaan, saya mengisi kesibukan dengan kursus menjahit. Dari hasil jahitan pakaian saya ternyata saya sangat berbakat, terbukti dari hasil jahitan saya yang rapi dan kemampuan saya membuat pola pola jahit yang sederhana sampai yang rumit. Saya pelajari dengan sabar dan tekun. Oh, ternyata saya berbakat menjadi tukang jahit, suatu waktu nanti saya akan buka butik jahit pakaian.

Nah, masing masing kita sudah diperlengkapi dengan talenta itu, apakah kita sudah mengembangkannya. Coba ricek kembali, mungkin ada talenta Anda yang belum tergali. Cobalah bertanya kepada orang lain itu melihat bakat yang tersembunyi dalam diri Anda. Ingatlah, suatu hari nanti masing masing kita harus mempertanggungjawabkan talenta yang sudah diberikan itu. Berapakah kemampuan kita untuk mengembangkannya? Berapakah talenta yang akan kita kembalikan kepadaNya sebagai bukti kita telah melakukan tugas kita dengan baik? Supaya nanti kita tak dihakimi sebagai pemalas yang menyianyiakan talenta yang sudah diberikan kepada kita. Saya sedang terus menggali talenta dan bakat saya.

Selamat menggali talenta dan bakat anda, yuk! 🙂

Read Full Post »

Oleh: Naz Rifa

Dulu Aku termasuk orang yang tidak terlalu peduli dengan ini, menurutku bisa bahasa ‘ibu’ dan sedikit bahasa inggris serta bisa menyampaikan maksud dengan baik saja sudah cukup. Belakangan baru aku sadari bahwa ternyata prinsip yang ku pegang selama ini hanya menjadikan aku terlihat seperti orang bodoh.

Kesadaran ini semakin bertambah setelah kepulanganku dari KL. Tiba-tiba ada cita rasa yang berbeda saat aku mendapati tulisan berbahasa melayu semenjak di KLIA, bagiku semuanya terasa lucu dan selalu membuatku senyum-senyum sendiri kalau ingat. ya, menurutku bahasa mereka terlalu vulgar 🙂

Seperti tulisan balai ketibaan yang di bandara Indonesia ditulis ruang kedatangan, atau instalasi panggilan darurat untuk mengatakan warung telekomunikasi (fasilitas telfon umum). Pernah juga disatu stesen pemberhentian monorail aku menjumpai tulisan ‘berhati ada penceluk saku’ yang kalau diindonesiakan artinya kurang lebih ‘awas copet’, atau didalam LRT (long rapid transportation) yang didinding tepat diatas tempat duduknya tertulis ‘bagi awak kurang upaya’ (lupa persisnya) atau kalau di indonesiakan berarti ‘untuk orang cacat atau lansia’. atau air kosong untuk air putih ketika kami makan siang di food court. Atau tulisan yang kami temui diparkiran kampus universitas islam antar bangsa (UIA), disana tertulis ‘hanya untuk kaki tangan sahaja’ yang artinya mungkin ‘parkir khusus pegawai’. Saat itu istilah bahasa itu sempat kami plesetkan dan dijadikan bahan bercanda, refleks aku bilang ‘silahkan masuk, tapi kepala sama badannya ditinggal ya mbak, hiii………” 🙂

Di Negara tetangga ini second language (English) sangat familiar, baik dikalangan anak2, remaja, ibu2, bapak2, pekerja, pedangang, terlebih mahasiswa. meskipun tak jarang kita akan menemukan structure yang amburadul atau mix melayu-Inggris. Seperti ‘awak student?’ atau ‘I nak ke market’. Dalam kondisi seperti ini kau bisa bayangkan bukan, betapa menyebalkannya jika harus terpaksa ‘puasa’ bicara hanya karena tidak bisa banyak menggunakan bahasa inggris. Ketika berdialog hanya bisa bilang yes, no, thank you atau how much ketika berbelanja dipusat perbelanjaan, tanpa bisa nawar :). Bagi orang yang suka bercerita dan se-ekspresif diriku itu sungguh menyiksa. Akibatnya, pertemuan dengan sesama warga Indonesia akan sangat ku syukuri (seperti ibu cleaning service asal Surabaya yang aku temui di KLCC), karna kami bisa berbahasa dengan bahasa ‘ibu’ yang bagiku bahkan sudah familiar sejak lahir.

Di Malaysia akulturasi budaya terlihat cukup pesat, Kita bisa menemukan banyak warga Negara asing disana, apalagi di UIA. Dari India, Afrika, Mesir, Syria, jepang, Taiwan, Indonesia bahkan Palestina. Mereka berbicara dengan logat dan ekspresinya masing2. Dari situ kemudian aku menarik kesimpulan, kalau orang yang menguasai banyak bahasa, kemungkinan besar ia akan sangat ekspresif, menyenangkan. Meskipun Akulturasi budaya begitu kuat, aku rasa Malaysia tetap mampu mempertahan khas budaya melayu, mereka bisa menjaganya dengan baik, dibeberapa tempat kita bisa menemukan para wanita dengan pakaian panjang khas kain melayu dan penutup kepala yang pinggirannya dipotong begitu saja, tanpa neci. Sungguh kontras dengan kemajuan pembangunannya.

Tapi bukan ini yang ingin aku bagi. Ada kesimpulan lebih dalam yang aku dapatkan, dengan tidak bisa banyak berbahasa aku jadi tidak bisa menangkap informasi dengan utuh, bahkan mungkin sedikitpun aku tidak mengerti. Secara sederhana bisa dikatakan, bahwa ilmu yang bisa kita serap hanya sampai pada bahasa yang mampu kita fahami, selebihnya tidak. Tidak hanya itu, jika berhadapan dengan musuh, kurasa kita akan kalah dengan mudah, karena mereka dengan mudah bisa menipu dan mengatur strategi didepan kita, sementara kita tidak tau apa2. Bukankah itu sungguh malang?

Kesimpulan ini juga diilhami dari beberapa kisah ketika bepergian ke KL..Entah hari keberapa, aku lupa. Kami menemui 2 orang pebisnis china di dalam LRT, mereka berbicara menggunakan bahasa mandarin (aku tau itu karena sebelumnya aku pernah belajar, meskipun hasilnya juga masih nihil). Dia berbicara cukup jelas dan sangat serius. Tanpa bermaksud ingin tau dan mencampuri urusan orang lain, Entah kenapa tiba2 saja aku merasa menyesal, karena Aku tidak bisa mengerti apa2. dan prediksiku, pastinya dia tidak akan bicara sekeras itu, jika disampingnya adalah orang china yang faham bahasa Mandarin juga.

Cerita lain lagi aku alami pada malam pertama di UIA, rencananya kami akan menghadiri kajian Ma’alim fiiththariq di UIA sebagai ganti tertinggalnya kami dari WIEF conference yang harusnya kami ikuti, kami masuk di cara club assalam yang merupakan perkumpulan anak2 timur tengah di UIA, mereka juga sedang menggelar kajian. Akhwat Syria yang menyambut kami, ia berbicara dengan mbak anita yang mengantar kami dalam bhs inggris yang lancar, sementara kami hanya berbicara seadanya dan memperkenalkan diri. Sebenarnya agak ragu juga, apakah ini forum yang kami tuju atau bukan, rasanya agak aneh kalau teman kami merekomendasikan kami untuk ada di kajian orang2 timur tengah, sementara dia tau kami tidak bias berbahasa arab, apalagi diforum itu tidak ada satupun mahasiswa/I berwajah melayu kecuali kami berdua, Aku dan Kia. Lagi2 kali ini kami agak nekad dan berusaha untuk PD serta berpositif thinking..yang penting ikutin aja dulu, masalah salah masuk forum urusan belakangan, toh nanti kami juga akan tau, tersesat atau tidak… tapi nyatanya hingga kepulangan kami ke Indonesia, bahkan sampai saat ini, kami masih tidak tau dengan pasti apakah forum itu memang forum yang kami tuju atau bukan..dan penyebabnya, tidak lain dan tidak bukan adalah karena kami tidak mengerti dan tidak bisa berbahasa arab, benar2 memalukan..

Oya, Didalam kajian tersebut semua menggunakan bahasa arab, mulai dari pembukaan sampai penutupan, mereka sangat PD, malam itu ada seorang munsyid yang juga menyanyikan lagu dalam bahasa arab, sayang aku tidak tau artinya. yang paling aku suka dari mereka adalah ekspresinya. Kami mengisi ‘guest’ dalam daftar hadir. Acara berjalan, seorang syekh yang merupakan salah seorang lecture UIA yang jadi pembicara malam itu.

Aku mengikuti kajian itu, meskipun hanya sedikit kata2 yang aku tau, sepertinya kajian itu sangat mengasikkan, sesekali mereka tertawa (dan tentunya kamipun ikut senyum2 tanpa mengerti apa yang membuat mereka tertawa, bagiku sendiri aku sedang mentertawakan kebodohanku), sesekali mereka terlihat serius, lagi2 tanpa aku tau mereka sedang membicarakan apa. 10 menit pertama aku sempat kesal, karena tidak mengerti ‘apa ide utama’ yang mereka bicarakan, yang aku tau mereka membicarakan para sahabat dari Abu bakar, umar, ustman, ali, dst..itu terlihad dari slide yang terpampang di layar. Dalam hati Aku berkata ‘harusnya banyak pelajaran baru yang bisa aku ambil, karena dia menyampaikan dengan sudut pandang orang timur tengah, pemaknaannya mungkin jauh lebih dalam’ itu yang aku fikirkan saat itu. Disaat seperti itu, aku pejamkan mataku, tiba2 saja wajah Murabbiku terlintas, ya saat itu aku ingat pesannya ketika kami berdiskusi sedikit tentang bahasa. ‘jika kita tidak mengerti sesuatu, dengarkan saja dengan khusyu’, jika ikhlas minimal semangatnya akan tertular’ begitu katanya.

Aku turuti pesan itu, sampai akhirnya pada pembahasan sahabat Mus’ab Bin Umair ada bahasa yang bisa sedikit aku mengerti. dalam bahasa Indonesianya Lecture itu berkata begini, ‘jika diantara kalian ada yang merasa waktu kalian sangat senggang tanpa ada pemikiran untuk ummat, ingatlah mus’ab bin umair, jika kalian dengan nyaman makan di KFC, ingatlah mus’ab bin umair. Jika kalian merasa tidak ada kerjaan, ingatlah mus’ab bin umair. Pemuda islam darimana saja kalian berasal, Syria, Egypt, palestin, yordan, Malaysia.. ikutilah jejak Mus’ab bin Umair’ ia mengatakannya dengan lantang. saat itu Aku merasa jantungku berdebar, Aku merasa terpanggil. ‘tidak cukup bagi kita untuk menjadi rijalud da’wah, tapi tirulah Mus’ab..Ikutilah jejak Mus’ab, jadilah arrijalu udkhulud daulah’ ucapnya. Ya arrijalu Adkhulud daulah (pemuda pembuka daulah/peradaban).

Kami pulang hampir jam 12 malam, kondisi kampus masih cukup ramai, terutama diperpustakaan. Malam itu ada komitmen yang turut serta dalam perjalananku menuju asrama, bahwa aku akan berupaya untuk belajar bahasa arab, aku ingin belajar banyak bahasa. Bagaimana mungkin bisa meniru Mus’ab, jika aku tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengan banyak golongan, bagaimana mungkin bisa menjadi salahsatu pemuda yang bisa ‘diandalkan’ oleh islam sementara aku penuh keterbatasan. Entahlah, yang pasti malam itu, aku tidur dengan perasaan yang sulit dijelaskan.

Masih tentang bahasa.. kejadiannya tepat di hari terakhir kami di KL, ketika naik KLIA express melalui gerbong bawah tanah menuju bandara untuk terbang kembali ke Indonesia. Di dalam kereta, hanya berjarak 1 kursi dari tempat duduk kami, aku mendapati segerombolan keluarga india. Mereka membawa 4 orang anak yang kelihatannya hampir seusia (mungkin sepupuan, usianya kira2 sekitar 6-7 tahun). Mereka bermain didalam kereta, tepat disebelah tempat duduk kami. sungguh sangat menarik perhatianku. mereka bermain dengan ceria, tertawa-tawa, dan saling berkejaran dan berpindah2 tempat duduk (kebetulan saat itu kereta agak lowong). Tidak sengaja aku melihat mereka tertawa sambil menggeleng2kan kepala. Saat itu aku tau bahwa ternyata ‘goyangan kepala’ khas india yang sering kali aku lihat di TV adalah bakat alami, bukan rekayasa :). selama ini aku tidak suka melihatnya, aku fikir itu terlalu mengada2, agak lebay. Dalam hati aku berkata ‘mungkin akan lebih menyenangkan jika aku tau apa yang mereka bicarakan sehingga terlihat begitu riang’. dan tidak hanya itu, jika saja aku bisa berbahasa india, setidaknya aku bisa berterimakasih padanya karena telah membuat persepsiku tentang gelengan kepala khas negaranya jadi berubah. Tapi itu semua tidak bisa aku lakukan, karena aku tidak bisa bahasa mereka, jadi cuma bisa senyum doang, sebagai tanda persahabatan, hehe…

Saking pentingnya kemampuan berbahasa ini, Bahkan seorang Jurnalist yahudi Charles Rapaport menggunakan strategi yahudi untuk berbicara dan mengerti 10 bahasa, strategi itu mereka sebut Yiddish. System ini menggabungkan kearifan local dengan 4000 campuran bahasa ibrani didalamnya. Bahkan mereka menggunakan formula menghafal dan menguasai bahasa suatu Negara dengan cepat dalam waktu hanya 1 bulan.

Perhitungan formulasi ini dilakukannya dengan melakukan survey kata dalam Koran harian New York times dengan melihat seberapa banyak kata2 tertentu yang muncul dikoran tersebut, termasuk untuk menghitung berapa banyak kosakata yang dibutuhkan seseorang untuk dapat mengerti suatu bahasa dengan baik. Hasilnya, Charles menyimpulkan: yang harus dilakukan seseorang untuk menggunakan bahasa apapun adalah cukup dengan mempelajari 600 kosa kata.

Untuk mempelajari 600 kosa kata tersebut, Mereka menerapkan prinsip 1 hari, orang yahudi harus mempelajari 20 kosakata untuk 30 hari belajar. Dengan kata lain, hanya dalam satu bulan maka mereka akan dapat membaca Koran harian dengan sebuah bahasa asing dan mengerti ide utamanya dalam bahasa apapun yang mereka pilih. Menakjubkan bukan? Kalau begini ceritanya, tidak heran jika Kaum Yahudi sangat sombong dan bisa mengangkangi dunia, ia bisa mengatur bangsa manapun dengan kemampuan bahasanya, kemampuannya menyerap informasi dan strategi dengan utuh.

Inti yang ingin saya sampaikan adalah..Pada prinsipnya kita umat muslim harus lebih gigih belajar dan mencoba, dengan metode apapun. Jangan pernah malu, karena orang pemalu tidak akan pernah belajar apapun. Jangan takut berbicara terbata2 atau membuat kesalahan, karena kesalahan akan selalu kita ingat dan bisa jadi kesalahan itulah yang akan mengantarkan kita pada sebuah kebenaran. Wallahu’alam..

Yuk..sama2 belajar 🙂

Read Full Post »

Tadi pagi di beranda facebook saya membaca status dengan statemen, “Andaikan semua hari” adalah tanggal satu, antara tertegun , lalu tersenyum sendiri dalam hati. Tertegun karena boleh jadi orang yang menulis kan status tersebut adalh karyawan yang hari ini, akan menerima amplop gajian, rutinitasyang selalu ditunggu memang oleh parapemilik kantong yang sedang bokek, he he. Tersenyum, kalau semua hari adalah tanggal satu, apa jadinya kehidupan, akan monoton tentunya, dan pasti terasa hambar.

Sudah menjadi sunatullah alias hukum alam bahwa di dunia ini segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan, ada tanggal satu yang identik dengan tanggal muda ada juga tanggal tua, yang sebutan angkanya tiap orang berbeda, bagi karyawan, yang gajinya besar melebihi jumlah nominal pengeluaran nya tiap bulan tanggal tuanya boleh jadi tidak punya istilah tanggal tua, karena rekening tabungan di bank selalu siap di tarik tunai kapanpun lewat mesin ATM. Namun bagi karyawan yang gajinya cuma bisamencukupi sampai seminggu setelah tanggal satu gajian maka , boleh jadi tanggal tuanya adalah pekan pertama pada bulan tersebut. Jadi sifatnya relatif.

Perlu disadari pergantian siang dan malam, pertukaran hadirnya matahari dan rembulan, pergeseran tangagal satu , dua , tiga danseterusnya sampai akhir bulan, adalah warna warni kehidupan.Jangan berharap senyum sepanjang hari dan jangan menampik bila kegundahan dan tangisan harus hadir. Karena dari situlah kira mereguk manisnya kehidupan setelah pernah merasakan pahit yang tak tertera.

Chemistry kehidupan ada dalam pergantian waktu, Bila semua hari esok bisa ditebak akan seperti apa , maka lenyaplah ikhtiar. Yang kita bisa perbuatadalah menemukan sebanyak mungkin HARAPAN di setiap kita terbangun di pagi hari, lalu bangkit menyambut hari dengan OPTIMISME, selanjutnya memupuk hari-hari dengan sikap KONSISTEN, lautpun kan kudaki, gunung kan kuseberangi begitulah motto orang yang akan meraih harapan, dimanapun harapan itu berada, harapan adalah cita-cita termahal kita, bisa jadi ingin menjadi bisnisman yang sukses, atau ingin meraih jabatan tertinggi di perusahaan tmpat kita bekerja.

Namun harus diingat , jalan tak selamanya mulus , oleh karena itu diperlukan lagi sebuah INTEGRITAS tinggi. INTEGRITAS berarti berani belajar dari kesalahan pada hari sebelumnya, setiap kesulitan dipandanG sebagai peluang untuk berbuat, dan harus punya sikap dalam kebimbangan ketika menghadapi suatu dilema, tak pernah menyalahkan diri sendiri maupun oranglain, tidak minder ketika berhadapan dengan orang sukses, lebih memilih banyak berbuat daripadabanyak bicara, menhormati orang yang lebih senior karena dianggapnya lebih berpengalaman, menghargai orangyanglebih muda karena mereka lebih energik dan penuh inspirasi. Dan Bagi orang yang telah memiliki INTEGRITAS, akan selalu mengucapkan selamat kepada orang yanglebih sukses darinya dan akan memberikan semangat kepada mereka yang mengalami kegagalan.

Kalau dalam diri kita sudah ada HARAPAN, OPTIMISME, SIKAP KONSISTEN dan INTEGRITAS, maka kita tak akan peduli tanggal berapapun hari ini.

Read Full Post »

TULISKAN apa yang ada di dalam pikiran, BUKAN memikirkan apa yang dituliskan. [Ersis Warmansyah Abbas  a.k.a EWA]

Read Full Post »

BUKAN berapa banyak ilmu yang kita punya… asal kita mau menuliskan… insyaAllah LEBIH BERMANFAAT — ayooo menulis!! (Heri Cahyo)

Read Full Post »

Oleh: Citra Dewi

Sebagai pemula dalam bidang ini saya masih sering terjebak dengan berbagai Raja dan Ratu alasan yang sangat terkenal diantaranya: tidak ada ide,tidak trampil, suka menunda, tidak ada waktu , capek dan sebagainya dan sebagainya.

Dilain pihak dengan semakin sering membaca tulisan tulisan sahabat di PNBB, sayapun semakin termotivasi dan segera mengeliminasi negatif thingking yang ada dibenak karena ada tuntutan jiwa yang kuat bergejolak mendorong untuk segera in action dalam menulis dan tidak hanya berandai andai dalam angan. Pada puncaknya saya memilih untuk ´memaksa diri´ dengan segera menulis, menuangkan ide yang ada dipikiran. Apa saja yang ingin di tulis segera dituliskan baik di agenda, HP, dan sesudah itu baru diedit, ditampilkan atau disimpan.

Dan alasan yang terpenting mengapa saya menulis adalah karena menulis buat saya adalah suatu refleksi jiwa. Suatu ungkapan dari pemikiran, pengalaman, perasaan dari suara jiwa yang ditampilkan. Jiwa yang penuh dengan dengan getar getar dari dua sisi kehidupan ini. Ada positivisme, kegalauan, tanda tanya dan pertarungan antara rasa dan asa.

Dengan menulis tekanan yang ada mengalir keluar bagaikan air bah dengan derasnya sehingga setelah menulis ada rasa lega yang luar biasa. Ada kepuasan batin. Menulis ternyata suatu terapi yang murah meriah yang hasilnya sangat effektif. Menulis adalah berpikir, merasakan, dan mengungkapkan. Ketiga kombinasi ini menyatakaan bahwa jiwa mempunyai smaak atau cita rasa.
Mari bersama menjemput, memburu, menangkap, merenggut, menyedok ide serta membagikannya. Selamat menulis!

Read Full Post »

Oleh: Haris A Djauhari

rumus #1: TULIS APA YANG KAMU DIKERJAKAN, KERJAKAN APA YANG KAMU TULIS

 

Disebuah kelas yang riuh ramai para murid dengan berbagai kelakuannya ketika guru belum hadir. Ada yang ngejahilin temannya, ada beberapa murid cewek yang sedang asyik ngegosipin betapa gantengnya David Beckham, ada yang berusaha mengindonesiakan nama mantan pemain top Manchester United yang sekarang main bola di Amerika LA Galaxi.

“cocoknya sih namanya Daud Yusuf Bekam!”.

“yah ! itu sih emang nama benerannya cing!!” klo aku suka panggil dia pisang ambon, kan tendangan mautnya itu macem banana pisang kitu!!”.

Sedang disudut belakang sepasang siswa penggemar siomay berat berdebat sengit enak enakan siomay mana buat acara malming mereka.

“say, kita makan siomay nya bang Doel saja ya di perapatan pasar inpres, gue demen ma rasanya dan porsinya nendang banget!!”

“males lah cyn, gue pengin kita nongkrong saja dirumah sambil pesen siomay saja, denger denger ada siomay onlen yang lagi heboh tuh di FB! kata sohib gue sih rasanya ‘sesuatu bangets’ deh gitu…jadi penasaran pengin order juga..”

“hooeyyy… ada yang minat ikutan bike to school minggu depan gak ? gwe ada sepeda nganggur neh!!! si jambul maniac down hill berorasi di depan kelas.. “aku mau!” separoh kelaspun seperti koor paduan suara tanpa birama… ngaco banget!.

“ehem… ehem” terdengar suara berdehem sang Guru killer meredam gemuruh kelas yang berusan meledak….serentak hening mendengingkan telinga para siswa yang terkejut badan.

“sekarang keluarkan selembar kertas dan TULIS APA YANG BARU SAJA KALIAN LAKUKAN!” waktu nya lima belas menit!” tanpa ba-bu sang guru Bahasa memberi tugas.

———————————————————————————————————–

ilustrasi diatas adalah juga bentuk penerapan dari rumus 1, ketika dikepala sedang ada bergelayut keinginan memberi tips buat PNBB yang muncul adalah serangkaian imaji sederhana diatas. sekecil apapun kegiatan kita, berfikir, beraktifitas, usahakan untuk menulisnya semampunya. seperti melaporkan sebuah kejadian diri dan orang lain saja. semudah itu! kuncinya adalah : yang jelas bisa mengerti dan bisa menulis, jika tidak, minta bantuan sseorang menuliskannya.

dalam sebuah manajemen modern kegiatan menulis adalah salah satu syarat terpenuhinya standar internasional suatu perusahaan. sistim pelaporan semua kegiatan kerja dalam suatu industri misalnya diperlukan sebagai standarisasi atas produk yang dihasilkan. pencatatan pelaporan dan pengarsipan semua kegiatan yang terkait dengan proses produksi akan menjadi bahan audit terpenting guna peningkatan kualitas produksinya.

nah, diawalnya mungkin ada hambatan, lumrah dan wajar, tapi ini instruksi wajib dalam konteks dunia penulisan. masih ragu? sahabat Ali RA pernah berkata,”ikatlah ilmu dengan menulisnya”.

perintah sekaligus doktrin yang positif tentang betapa pentingnya tulisan.sepenting perintah “membaca” yang tertulis dalam literatur keagamaan.

jadi mulailah dengan “SATU KATA” dan temukanlah dengan “KATA YANG LAIN” ini akan menjadi rumus #2 dari tips menulis berikutnya…

Note: ditulis langsung tanpa edit di create doc. PNBB karena takut disuruh lari keliling sekolahan PNBB yang seluas bumi 🙂

Read Full Post »

Oleh: Akung Krisna

Ketika banyak orang yang ingin bisa membuat tulisan (menulis) seringkali mereka dihantui oleh berbagai ketakutan dan kekhawatiran. Bahkan kadang sangat berlebihan rasa takut itu. Takut tulisannya jelek. Takut salah, khawatir di kritik atau mungkin juga akan menerima cacian dan hinaan dari teman ataupun orang yang membaca tulisannya.

Disaat rasa takut dan khawatir itu muncul dibenak kepala ataupun dihati yang terdalam, orang lain tidak ada yang benar-benar mengetahuinya. Hanya dirinyalah yang benar-benar merasakan. Maka selalu urunglah keinginan dan niat untuk mencoba merangkai kata dalam menciptakan sebuah tulisan. Begitu banyak orang yang mengeluh kepada orang lain tentang sulitnya membuat sebuah tulisan. Padahal kalau saja kita tidak terlalu berfikir macam-macam membuat tulisan itu tidaklah sesulit yang dibayangkan. Menurut saya, cuma satu syaratnya: BERANI!

Berani, menurut dari Kamus Bahasa Indonesia Online memiliki arti :[a] mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dsb; tidak takut (gentar, kecut): kita harus — mempertahankan kebenaran. (Referensi: ).

Mungkin kita semua pernah merasakan di saat kecil dulu bagaimana proses belajar naik sepeda roda dua. Rasa takut jatuh pasti ada. Namun kenapa akhirnya dengan segala upaya akhirnya kita berhasil mengendarai sepeda roda dua? Dan mungkin masih ingat bagaimana rasanya ketika berhasil? Tentu amatlah bahagia. Sebagi ilustrasi sederhana saja, disaat kita mampu melawan rasa ketakutan untuk terjatuh dari sepeda ketika belajar atau berlatih, disitulah bisa disebut awal datangnya sebuah keberanian. Diri kita benar-benar berani mencoba. Berani memulai. Berani mengambil resiko, misalnya terjatuh, kecebur saluran air atau menabrak tukang sayur yang papasan dengan kita. Atau contoh yang lebih ekstremnya, bagaimana para pemanjat tebing tidak mampu mengusir rasa takutnya akan ketinggian? Tentunya mereka tidak akan pernah mencapai ketinggian puncak suatu tebing yang diinginkannya.

Jika saja kita memiliki rasa keberanian dalam menulis tentu tidak akan pernah ada rasa takut untuk dikatakan tulisan kita jelek, tidak bermutu, atau sulit dipahami. Singkirkan jauh-jauh rasa takut seperti itu. Tidak ada sebuah perjalanan yang jauh jika tidak di mulai oleh sebuah keberanian melangkah. Tidak ada pisau yang tajam tanpa pernah di asah. Tidak ada seorang juara tanpa perjuangan dan latihan dengan tekun dan gigih. Tidak akan pernah ada tulisan jika tidak ada keberanian dalam diri. Berani untuk memulai. Berani untuk mencoba dan mencoba lagi. Berani untuk di kritik ataupun dihina. Berani menempa jiwa. Berani berbuat salah dengan semangat belajar memperbaiki kesalahan. Menulis adalah suatu upaya menembus sekat-sekat ketakutan dalam diri yang seharusnya tidak perlu ada. Percayalah, semua orang pasti bisa menulis. Termasuk diri kita tentunya.

Tidak perlu membandingkan diri kita dengan penulis-penulis terkenal yang hebat. Tapi coba pelajari bagaimana mereka bisa sampai berada di titik sekarang ini. Apakah secara tiba-tiba begitu saja? Terakhir, selamanya kita menjadi seorang penakut dan pengecut selama itu pula kita tidak akan pernah berhasil mewujudkan keinginan kita. Tunjukkan keberanianmu, Sahabat!

Hidup ini hanya milik orang-orang pemberani.

(Kata beberapa orang)

Read Full Post »

Older Posts »